Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi, dan Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi, dan Adaptasi Tingkah LakuAdaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Secara garis besar, adaptasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3, yakni Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi, dan Adaptasi Tingkah Laku, diantaranya sebagai berikut:

1. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi merupakan cara mengatasi kesulitan beradaptasi dengan penyesuaian fungsi alat tubuh. Beberapa contoh adaptasi fisiologi pada makhluk hidup:

  • Adaptasi terhadap kadar oksigen 

Di dataran rendah kadar oksigen di udara cukup tinggi sehingga absorbsi oksigen oleh pembuluh kapiler darah paru-paru dapat berlangsung secara efektif dengan jumlah eritrositnya yang normal. Oleh karena yang bertugas mengangkut oksigen di dalam tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis dengan meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah). Dengan demikian, pengikatan oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan efektif.

  • Adaptasi ikan terhadap slintitas (kadar garam)

Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih renda dibandingkan kadar garam di lingkunganya. Ikan tersebut beradaptasi dengan cara selalu minum danmengeluarkan urine yang jumlahnya sangat sedikit. Hal ini bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. garam yang masuk bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui insang.

Sebaliknya, sel-sel tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air lingkunganya, karena kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada kadar garam air lingkuanganya. Menurut hukum osmosis, larutan akan berpindah dari yang bertekanan osmosis rendah (encer) ke larutan yang bertekanan osmosis tinggi (pekat). Dengan demikian, banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui sel-sel tubuh ikan. Untuk menjaga agar cairan tubuhnya tetap seimbang, ikan tersebut beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak urine.

2. Adaptasi Morfologi


Adaptasi morfologi merupakan penyekesauan kesulitan beradaptasi makhluk hidup melalui perubahann bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenal dan mudah diamati karena tampak dari luar. Berbagai contoh adaptasi morfologi pada makhluk hidup, antara lain:

  • Adaptasi Morfologi pada Paruh Burung

Bentuk adaptasi morfologi berbagai jenis burung ditunjukkan oleh bentuk paruhnya.

Bentuk paruh burung nuri pendek dan kuat, sesuai dengan makanannya yang berupa biji-bijian. Paruh burung elang runcing agak panjang. Ujung paruh atas agak membengkok ke bawah. Bentuk paruh seperti itu cocok untuk merobek daging, shingga sesuai bagi burung yang makanannya daging. Bentuk paruh burung pemakan serangga agak terbuka, shingga sesuai untuk menangkap serangga. Bentuk semacam itu ditemukan, misalnya pada burung poksai dan layang-layang. Bentuk paruh itik disesuaikan dengan jenis makananya yang licin, misalnya ikan atau katak. Pangkal paruh berbentuk seperti sisir yang berguna untuk menyaring makanan dari dalam air atau lumpur.

Pangkal paruh burung pelikan berbentuk sisir, berfungsi untuk menyaring makanan yang berupa alga dan udang atau ikan kecil lainya. Bentuk pangkal paruh seperti itu merupakan ciri khas burung pencari makan dalam air. Bentuk paruh burung kolibri khas sekali sebagai pengisap madu, yaitu kecil, runcing, dan panjang.

  • Adaptasi Morfologi pada Kaki Burung

Selain dapat dilihat dari bentuk paruhnya, adaptasi morfologi pada burung juga dapat dilihat dari bentuk kakinya. Kaki burung pemanjat mempunyai dua jari ke depan dan dua jari ke belakang, misalnya kaki burung pelatuk. Kaki burung perenang, terdapat selaput renang pada celah antara jari-jarinya. Burung yang biasa berenang, misalnya angsa, itik, pinguin, dan pelikan. Kaki burung pencengkram mempunyai ukuran yang pendek dan cangkramnya sangat tajam. Jika sedang mencengkram mangsa, jari depannya dapat diputar kebelakang. Burung yang mempunyai kaki seperti itu misalnya burung elang, rajawali, dan burung hantu.

  • Adaptasi Morfologi pada Mulut Serangga

Pada belalang, jangkrik, dan kecoa mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan bawah yang sangat kuat. Tipe mulut seperti pada serangga tersebut dinamakan tipe mulu penggigit. Kutu dan nyamuk mulutnya mempunyai rahang yang panjang dan runcing, sehingga memungkinkan untuk menusuk kulit manusia atau hewan lain. Tipe mulut seperti itu dinamakan tipe mulut penusuk-pengisap. Mulut kupu-kupu dilengkapi dengan alat seperti belalai yang panjang dan dapat digulung. Tipe mulut seperti pada kupu-kupu dilengkapi dinamakan tipe mulut pengisap. Pada lebah madu dan lalat, mulutnya dilengkapi dengan alat untuk menjilat atau bibir. Tipe mulur seperti itu disebut tipe mulut penjilat.

  • Adaptasi Morfologi Organisme Air

Hewan dan tumbuhan yang hidup di air mempunyai bentuk tubuh dan alat tubuh yang sesuai dengan lingkungan air. Hewan air dilengkapi dengan alat tubuh untuk bergerak dalam air, misalnya sirip pada ikan serta kaki berselaput pada katak dan itik. Tumbuhan air yang hidup terapung di air mempunyai rongga antarsel yang berisi udarauntuk mengapungkan tubuhnya. Eceng gondok mempunyai tangkai daun menggembung yang berisi udara, sehingga dapat mengapung.

  • Adaptasi Morfologi Organisme Darat

Tumbuhan xerofit, seperti kaktus, menyimpan air di dalam batangnya yang tebal dan berlapis lilin. Daun-daunya sangat kecil berbentuk duri. Katak gurun di Amerika Utara mempunyai kaki bertanduk untuk menggali lubang. Kedalam lubang yang digalinya dapat mencapai tiga meter. Lubang tersebut digunakan untuk menghindari udara panas di permukaan tanah.


3. Adaptasi Tingkah Laku

Manusia mempelajari tentang bahaya dan dengan perilakunya ia dapat menghindar dari bahaya tersebut. Penyesuaian diri terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku seperti yang dilakukan oleh manusia tersebut dinamakan adaptasi tingakah laku.

  • Mimikri

Bunglon mengelabui musuhnya dengan mengubah warna kulitnya. Jika berada di dedaunan, warna kulit bunglon menjadi hijau. Sebaliknya, apabila berada di tanah, warna kulit bunglon menjadi seperti tanah (kecoklatan). Perubahan warna kulit sesuai warna lingkunganya seperti yang dilakukan oleh bunglon tersebut dinamakan mimikri.

  • Autotomi

Cecak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam keadaan bahaya, cecak mengelabui musuhnya dengan cara memutuskan ekornya. Peristiwa tersebut dinamakan autotomi.

  • Hibernasi

Musim dingin adalah musim yang sangat sulit bagi hewan. Banyak hewan yang tidak dapat bertahan hidup pada musim yang keras ini. Beberapa hewan melewatinya dengan tetap giat mencari makan. Sementara itu yang lain bertahan hidup dengan terlelap dalam suatu tidur khusus yang dinamakan hibernasi. Contoh hewan yang melakukan hibernasi, antara lain: ular, kura-kura, ikan, dan bengkarung.

  • Estivasi

Di beberapa belahan dunia, cuaca yang paling buruk adalah cuaca pada musim panas. Saat itu cuaca menjadi sangat panas dan kering. Beberapa hewan bergerak mencari tempat perlindungan dan tidur. Tidur di musim panas ini disebut estivasi. Lemur kerdil, kelelawar, dan beberapa tupai adalah mamalia yang berestivasi untuk menghindari cuaca kering.

  • Adaptasi Perilaku pada tumbuhan

Agar dapat terus bertahan hidup maka tanaman beradaptasi dengan cara mengurangi pengeluaran air dari tubuhnya atau menyimpan cadangan air. Beberapa tumbuhan yang beradaptasi terhadap kekurangan air, misalnya:
  1. Jati dan flamboyan dengan mengguggurkan daunya saat musim kemarau
  2. Rumput, bunga bakung, tanaman umbi-umbian, dan tanaman jahe-jahean mematikan bagian tubuh tanaman yang berada di atas permukaan tanah
  3. Tanaman jagung menggulung atau menutuo daunya pada siang hari yang terik

Demikain informasi terbaru tentang Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi, dan Adaptasi Tingkah Laku, simak juga artikel menarik lainya seputar pengetahuan tentang Sejarah Penemuan Oven Microwave, semoga bermanfaat, dan menambah wawasan kita semua, khususnya di bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »