Selanjutnya  dr. Eriyati Dr. Eriyati Indrasanto, Sp.A, menjelaskan bahwa progeria  adalah kelainan genetik yang memang sangat jarang terjadi. Progeria  berasal dari bahasa Yunani yaitu geras yang berarti usia tua. Jadi si  penderita mengalami penuaan dini dengan kecepatan yang berkisar 4-7 kali  lipat dari proses penuaan normal. Contoh konkretnya, bila si anak yang  mengalami progeria berumur 10 tahun, maka penampilannya akan tampak  seperti orang berusia 40-70 tahun! Artinya, semua organ tubuh si bocah,  termasuk organ pernapasan, jantung, maupun sendi-sendinya sudah  mengalami kerentaan. 
Penderita progeria memang lahir normal. Namun, di usia 6 bulan sampai 1 tahun, mulai terlihat tanda-tandanya. Antara lain :
- rambut rontok yang tidak tumbuh lagi,
 - kulit dan jaringan kulit menipis,
 - kuku dan gigi tumbuh tidak baik.
 
Namun,  secara mental, justru tidak tua, termasuk mata. Intelegensi pun  normal." Lebih lanjut Eri mengatakan, berdasarkan buku-buku kepustakaan,  secara statistik, umur rata-rata penderita progeria adalah 14 tahun
Tentang  pengobatan, Eri berkata, belum ada obat untuk progeria. Pengobatan  hanya simtomatik, yaitu berdasar gejala yang timbul. "Misalnya sakit  sendi, dikasih obat sakit sendi. Kalau sakit panas, dikasih obat panas"  katanya. 
Menurut penjelasan ilmiahnya, lanjut  Eriyati, telah terjadi mutasi gen tunggal yaitu pada gen LMNA yang  bertanggung jawab terhadap pembentukan protein lamin A dan lamin C.  Protein ini bertugas menstabilitasi selaput dalam dari inti sel (inner  membrane). Diduga ketidakstabilan karena mutasi itulah yang menyebabkan  terjadinya penuaan dini pada anak-anak penderita progeria. "Sayangnya,  sampai sejauh ini hasil penelitiannya masih sebatas itu." 

Yang  pasti, kata dokter spesialis anak yang mendalami bidang genetika klinik  ini, mutasi gen bisa terjadi pada siapa saja. Prosesnya berlangsung  secara sporadik atau bisa tiba-tiba muncul dan dapat dialami siapa pun.  "Tadinya ada yang menduga, penyakit ini bersifat resesif. Artinya,  didapat dari ayah-ibu yang mengandung gen yang mengalami mutasi tadi.  Toh, nyatanya pada mereka progeria tak muncul. Jadi, apa penyebab  pastinya masih diteliti," papar dokter dari RSAB Harapan Kita, Jakarta  ini. 
Kasus progeria pertama kali dikemukakan oleh  Dr. Jonathan Hutchinson pada tahun 1886 dan oleh Dr. Hastings Gilford  sebelas tahun kemudian. Makanya penyakit ini sering disebut sebagai  Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS). 
MENGENALI GEJALA KLINIS PROGERIA
Progeria  berbeda dengan penyakit-penyakit lain yang biasanya sudah bisa  terdeteksi saat masih bayi, bahkan selagi masih dalam kandungan.  Penyakit ini justru muncul setelah anak berusia satu tahun. Tak heran  kalau di rentang usia 0-1 tahun ia kelihatannya normal-normal saja, baru  selewat usia itu akan terlihat jelas proses penuaannya. Eriyati sendiri  tak mengetahui secara pasti kenapa penuaan tersebut mulai terjadi di  usia satu tahun dan bukannya kurang atau lebih dari angka tersebut. 
Ahli  neonatologi ini kemudian menyebut beberapa gejala klinis progeria yang  cukup membuat bulu kuduk bergidik. Umpamanya, rambut yang semula lebat  kemudian rontok dan tak tumbuh lagi, pembuluh darah di bagian kepala  tampak jelas, jaringan lemak di bagian bawah kulit berkurang bahkan  menghilang sehingga kulit menjadi keriput, dan kuku tak tumbuh sempurna  tapi tumbuh melengkung serta rapuh. Selain itu, ada pengerasan di  persendian, tulang patah atau retak yang tak kunjung sembuh maupun  pengeroposan tulang. Gigi geliginya terlambat tumbuh, bahkan ada juga  yang tak tumbuh sama sekali selain tak teratur susunannya. 
Gejala  yang bisa berakibat fatal adalah jika mengalami kekakuan pembuluh  darah. Terlebih bila kekakuannya terjadi di pembuluh darah jantung, maka  kemungkinan besar si penderita akan mendapat serangan jantung atau  stroke. "Pembuluh darah jantung mesti diperhatikan karena menjadi  penyebab utama kematian di kalangan penderita progeria. Salah satu jalan  keluarnya adalah operasi by pass." 
Akibat adanya  mutasi gen itu pula, perkembangan tulang penderita progeria akan  terganggu dan mengalami degenerasi tulang. Dengan begitu, kalau  dihitung-hitung pertumbuhan tulangnya cuma setengah atau bahkan  sepertiga dari pertumbuhan tulang anak normal seusianya. Makanya kalau  diperhatikan dengan saksama, yang bersangkutan akan terlihat seperti  orang yang sudah tua. Meski begitu, mata seorang penderita progreria  tidak pernah mengalami katarak layaknya kaum lanjut usia. "Kenapa bisa  demikian? Itu juga masih belum diketahui," tandas Eriyati. 
Untungnya,  faktor intelegensi atau perkembangan kemampuan berpikir anak penderita  progreria tidak terganggu. Hanya saja secara psikologis, mungkin ia  relatif sensitif karena merasa dirinya berbeda dari teman-temannya atau  tak bisa selincah anak seusianya. "Dia hanya bisa melakukan  permainan-permainan yang tak membutuhkan banyak tenaga karena mudah  capek." 
Yang membuat hati miris, rata-rata  penderita progeria hanya bisa bertahan hidup hingga umur 14 tahun. Dapat  dihitung dengan jari penderita progeria yang bisa mencapai usia 20  tahunan. "Mungkin hanya satu atau dua orang saja, karena organ tubuhnya  seperti orang tua. Coba 14 dikalikan tujuh, di usia itu kondisi tubuhnya  sudah seperti orang yang berusia 98 tahun." 
Ciri  lainnya adalah kuku melengkung serta rapuh, pengerasan di persendian,  pengeroposan tulang yang menyebabkan tulang mudah retak atau patah, gigi  terlambat tumbuh, merupakan tanda-tanda penderita progeria. Padahal itu  adalah gejala pada orang yang memasuki usia lanjut.Gejala klinis yang  terjadi pada penderita progeria di atas benar-benar memilukan. Bagaimana  tidak, semua gejala menyedihkan tersebut harus dialami oleh bocah yang  seharusnya dapat tumbuh dan bermain secara normal.

EmoticonEmoticon