Tampilkan postingan dengan label sok tahu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sok tahu. Tampilkan semua postingan

Susahnya (sok) banyak tahu

Add Comment
Impian semua orang yang akalnya hidup adalah memahami hidup dan kehidupan. Akan menjadi indah hidup yang dijalani dengan pemahaman akan kehidupan itu sendiri (ow, betapa asyiknya). Sayangnya kehidupan bukanlah pemahaman, tapi misteri yang harus di cari pangkal simpulnya. Sekali simpul misteri itu terurai, tak lagi orang itu mau hidup!
Seakan hendak berkata sesuatu tapi hakikatnya hanya diam. Itu sebenarnya inti tulisan ini. Bukan hendak mengorek gumam, tapi gumam itu yang tak hendak lagi menempati ruang hati.
Gumaman ini tentang sikap manusia sok tahu, tapi sebenarnya tidak mengetahui apa-apa tentang sesuatu yang merasa diketahuinya. Bayangkan saja, dunia yang ruwetnya sama dengan manusia, dianggap dapat dipahami oleh sekali pemikiran saja. Alangkah hebatnya!
Namun itu hanya bualan hampa. Tanpa isi.
Sejenak kita kesampingkan apa yang mewujud benak, kita coba hadirkan apa yang hendak di ujarkan oleh lidah tentang otak, tentang akal, dan tentang pemikiran.
Manusia tidak salah memiliki otak dan akal dan pemikiran, tapi karena ketiga entitas ini yang menjadikan manusia merasa serba tahu.
Bukan salah manusia, jika dirinya seakan emanasi tuhan di muka bumi, karena manusia berhak untuk itu. Lalu tuhan? Ah tuhan pasti hanya tersenyum melihat polah manusia.
Pun dengan polah manusia yang berinisial MOK, bukan NOK, bukan KON, karena ‘kon’ akan menyinggung warga ngapak. (ssst aku bilang ngapak pun sudah menyinggung, eit yang merasa ngapak, eh ... jangan tersinggung ya!)
Hanya sejentik memorinya tentang dunia kayal itu, orang-orang ‘sok’ si gemar menyebutnya cyber world, peduli kata orang! Dan mok mengaku dia penguasa dunia kayal itu, lalu? Tatanan miliknyalah yang harus eksis, lain tidak.
Sayang sekali sikap yang sok itu sejatinya sudah menjelma dalam paras manusia masa kini. Coba lihat pada wajah kita, wajah mereka, wajah kalian, dan wajah-wajah tak ber’wajah’. Mereka seanterokan wajah penuh sok itu. Dan semua lunglai, semua rubuh, rapuh, hancur.
Semua hanya sesaat, sekejap, sementara, tapi kita berulah selayaknya pemilik kehidupan. Aku juga. Kalian?